Zaman
dahulu kala di sebuah kerajaan besar, hiduplah seorang gadis buruk rupa bersama
orang tuanya yang sangat miskin. Selain buruk rupa, gadis itu juga memeiliki
sifat dan sikap yang buruk; dia tidak pernah mau membantu orang tuanya, bahkan
dia menyalahkan mereka karena melahirkannya sebagai seseorang yang tidak
cantik. Nama gadis itu adalah Marcella, tapi karena wajah dan prilakunya yang
jelek, dia sering dipanggil Malbela.
image courtesy of Hariadhi at Wikipedia |
Suatu hari seorang utusan dari
kerajaan datang membawa surat undangan pesta. Pangeran Nicholas Borghese, sang
putra mahkota mengadakan pesta selama satu bulan penuh untuk mencari
permaisuri. Marcella begitu tertarik untuk mengikuti undangan itu, tapi dengan
wajahnya yang begitu buruk dia tidak mungkin bisa datang ke pesta. Diapun
memutuskan untuk menemui penyihir sakti yang tinggal di puncak gunung.
Walaupun perjalanan menuju rumah
penyihir itu sangat susah dan penuh dengan rintangan, Marcella tidak
mengurungkan niatnya. Dia terus berjalan tanpa mengenal lelah karena
keinginannya yang begitu besar untuk menikahi pangeran Nicholas yang sangat
terkenal dengan ketampanannya. Akhirnya setelah satu minggu mendaki, Marcella
tiba di tempat penyihir itu berada. Dia langsung mengutarakan maksud
kedatangannya.
Penyihir itu tertawa mengikik,
memperlihatkan gigi-gigi hitamnya yang runcing, “Hihihi, tentu saja aku bisa
mengabulkan permintaanmu, tapi ada syaratnya.”
“Apa syaratnya? Aku akan
melakukan apapun supaya aku bisa menjadi cantik.”
“Pertama, kau harus mengorbankan kedua orang
tuamu sebagain tumbal.”
“Aku setuju.” Jawab Marcella tanpa berpikir
panjang.
Si penyihir menyeringai dengan
licik, “Kedua, kau harus mengambilkan aku mutiara di atas awan yang hanya bisa
diambil oleh kaum berdarah biru. Apa kau sanggup?”
“Aku akan melakukannya.”
Penyihir itu tertawa puas,
“Sekarang pulanglah ke rumahmu dan bunuh kedua orang tuamu dengan belati ini.
Begitu kau melakukannya, kau akan menjadi penyihir sepertiku, kau akan memeiliki
kekuatan yang hampir setara denganku, tapi ingat satu hal, kau harus
mebawakanku mutiara di atas awan itu dalam waktu dua bulan, mengerti?”
“Aku mengerti.” Kata Marcella lalu dia
bergegas pulang. Perjalanan yang sebelumnya menempuh waktu satu minggu kini dia
lakukan hanya dalam lima hari. Dia begitu senang karena keinginannya akan
segera terwujud.
Begitu sampai di rumah, dia
langsung menikam kedua orang tuanya dengan belati yang diberikan si penyihir
sampai mereka meninggal. Setelah itu dia merasakan ada suatu kekuatan besar
yang masuk ke tubuhnya. Tubuhnya bergetar menahan gejolak kekuatan dasyat itu.
Dia berteriak-teriak kesetanan selama beberapa menit sampai akhirnya dia
pingsan.
Saat Marcella membuka matanya,
dia langsung berlari menuju cermin dan dia sangat bahagia ketika melihat
pantulan wajahnya.
Sementara itu di aula kerajaan,
ratusan wanita telah berkumpul memenuhi undangan pesta dansa pangeran Nicholas.
Mereka semua terlihat cantik dengan balutan busana yang anggun, tapi tak ada
satupun dari mereka yang mampu menarik hati pangeran Nicholas. Pangeran
berwajah tampan itu berdiri termenung di dekat pintu masuk, seolah menunggu
kedatangan seseorang. Wajahnya terlihat sedikit sayu karena
pesta sudah berlangsung selama 11 hari namun gadis impiannya belum juga datang.
Pandangan wajah pangeran lurus ke
depan dan matanya tak berkedip begitu melihat seorang gadis jelita turun dari
kereta kencana. Paras gadis itu begitu memesona, kulitnya putih bersih, matanya
berwarna biru bening, hidungnya mancung, bibirnya tipis berwarna merah merona,
rambutnya yang hitam bergelombang tergerai sampai pinggang
dengan indahnya. Dia memakai gaun berwarna putih dan hiasan kepala berbentuk
mawar dengan warna sama. Gadis itu berjalan mendekat dan seketika jantung
pangeran berdetak lebih cepat. Dunia di sekitar seaakan menghilang, hanya ada
Pangeran Nicholas dan si bidadari jelita, Marcella.
Ketika Marcella melintasi
pengeran, pengeran langsung mengulurkan tangan kanannya, “Wahai putri jelita,
maukah kau berdansa denganku?”
Marcella tersenyum lalu menyambut
uluran tangan pangeran Nicholas. Mereka berduapun berdansa di halaman depan di
bawah cahaya rembulan yang lembut. Mereka berdansa dengan gerakan memukau
diiringi musik alam.
Karena sang pangeran telah menemukan putri impiannya, pesta dansapun
dihentikan dan diganti dengan pesat pernikahan yang berlangsug dengan sangat
meriah selama tujuh hari tujuh malam.
Sesuai tradisi kerajaan, apabila
pangeran sudah menikah, maka dia berhak dinobatkan menjadi raja. Pangeran
Nicholaspun mnggantikan kedudukan ayahandanya sebagai pemimpin kerajaan didampingi permaisurinya yang cantik. Mereka
memerintah dengan sewenang-wenang. Keadilan sama sekali tidak ada di kamus
mereka. Rakyat diharuskan membayar upeti yang sangat tinggi, mereka yang tidak
mau membayar akan dihukum cambuk dan bahkan dihukum pancung. Raja terdahulu
tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah memutuskan untuk bertapa dan lepas dari semua ikatan duniawi.
Semakin hari keadaan kerjaan
semakin kacau. Hampir semua orang membenci pasangan muda itu, khususnya
Marcella, karena dialah penyebab perubahan prilaku Raja Nicholas. Sebelumnya,
dia merupakan orang yang sangat baik, tapi setelah menikah dengan Marcella, dia
berubah seratus delapan puluh derajat. Marcella selalu menghasut suaminya, dia
juga sering berprilaku kasar kepada dayang-dayangnya. Tidak heran kalau semua
dayang menaruh dendam padanya.
Kesewenang-wenangan mereka
berlangsung selama hampir dua bulan hingga suatu ketika mereka berjalan-jalan
di taman. Raja Nicholas melihat ke atas dan berkata kepada permaisurinya,
“Adinda, lihatlah awan di atas kita, bergumpal-gumpal dengan indahnya. Alangkah
senang hatiku kalau aku bisa pergi ke atas awan.”
Mendengar kata awan, Marcella
langsung ingat akan janjinya kepada penyihir, “Kanda, sebegitu besarkah
keinginan Kanda untuk pergi ke atas awan? Dinda bisa menujudkannya, tapi dengan
satu syarat.”
Wajah raja Nicholas berseri
bahagia, “Apakah syaratnya Adinda?”
“Kanda harus mengambil mutiara di
atas awan dan memberikannya kepada dinda.”
“Akan kanda bawakan asalkan kanda bisa pergi
ke sana.”
Marcella tersenyum lalu dia
menutup matanya sambil merapalkan sebuah mantra. Beberapa saat kemudian
tubuhnya berubah menjadi sebuah tumbuhan berduri yang sangat besar dan tinggi.
Ujungnya terlihat menembus awan, “Kanda, panjatlah duri-duriku sampai Kanda
tiba di atas awan, dan jangan lupa untuk membawa mutiaranya.”
Walaupun Raja Nicholas sangat
terkejut dengan perubahan wujud istrinya, dia menyembunyikan keterkejutannya
dan dengan segera memanjat duri-duri besar tumbuhan itu. Dia terus memanjat dan
dalam waktu beberapa jam dia sudah sampai di atas awan. Dia sangat terpesona
melihat keadaan di atas awan yang begitu indah. Ada beberapa kastil menjulang
tinggi yang jauh lebih besar dari kastil-kastil di kerajaannya. Raja Nicholas
memasuki salah satu kastil tersebut dan dia disambut oleh tujuh bidadari cantik
yang jauh lebih cantik dari permaisurinya. Mereka semua bersenang-senang sambil
menikmati santapan lezat yang tidak ada di bumi.
Begitu selesai makan, raja
Nicholaspun menanyakan para bidadari tentang mutiara di atas awan.
Angelica, bidadari paling tua tampak sedikit terkejut mendengar pertanyaan sang
raja, namun dengan tersenyum dia menjawab, “Mutiara itu
merupakan benda pusaka kerajaan atas awan, namun karena perjuangan baginda
begitu gigih untuk bisa sampai di sini, maka kami akan memberikannya. Mutiara
itu bisa mewujudkan satu permintaan, permintaan apapun itu.”
Mata Raja Nicholas berbinar-binar
mendengar penjelasan bidadari itu. Terlebih saat mutiara berukuran tiga kali
lipat ukuran mutiara normal yang ajaib tersebut sudah ada dalam genggamannya.
Dia mengucapkan terimakasih kepada bidadari lalu berjalan ke arah ujung
tumbuhan jelmaan istrinya.
Hari sudah malam ketika Raja
Nicholas sampai di sana. Saat dia bersiap memanjat turun, tiba-tiba sebuah ide
muncul di benaknya, “Mutiara ini bisa mewujudkan satu permintaan, kenapa aku
harus memberikannya kepada istriku? Sebaiknya aku sendiri yang
menggunakan mutiara ini.” Katanya sambil tersenyum licik. Diapun melihat ke atas dan dia sangat terpesona akan
kecantikan bulan.
“Kalau ada istana di atas awan, tentunya ada
istana di bulan.” Dia memejamkan mata dan meremas mutiara besarnya sambil
mengucapkan permohonan, “Aku ingin bisa pergi ke bulan.”
Begitu sang raja membuka matanya,
dia dihadapkan pada sebuah pemandangan yang begitu indah. Ternyata benar
dugaannya, ada sebuah kerajaan di bulan. Kerajaan itu begitu luas, terletak di
lembah perbukitan hijau yang sangat subur. Bangunan-bangunan yang ada di sana
tampak kokoh dan indah.
Raja berjalan ke pusat kerajaan
sambil melihat sekeliling. Dia memuji keindahan setiap bangunan yang
dilewatinya. Setelah berjalan beberapa jam diapun sampai di pusat pemerintahan.
Di sana dia bertemu seorang putri yang cantik jelita. Dia tidak pernah melihat
gadis secantik itu sebelumnya, bahkan kecantikan bidadari-bidadari kerajaan
atas awanpun tidak mampu menandinginya. Gadis itu adalah Putri Kuukausi.
Berbanding
terbalik dengan keadaan Raja Nicholas, Marcella begitu menderita di bumi. Dia
tidak bisa kembali menjadi wujudnya semula sampai suaminya kembali. Sedangkan
batas waktu untuk memberikan mutiara itu kepada si penyihir sudah semakin
dekat. Marcella sangat merana; dia terus mengutuk suaminya yang begitu lama
pergi.
Sementara itu ratusan ribu mil di
atas permukaan bumi, Raja Nicholas berusaha sekuat tenaga untuk menarik
perhatian Putri Kuukausi, namun putri itu sama sekali tidak menanggapinya
karena dia telah bertunangan dengan seorang raja. Akan tetapi Raja Nicholas
tidak putus asa. Dia mengejar-nejar sang putri dan memaksanya untuk menerima
cintanya.
Raja Bulan sangat murka begitu
mengetauhi ada makhluk bumi yang mengejar-ngejar calon istrinya. Dengan segera
dia menemui Raja Nicholas dan tanpa basa-basi lagi dia langsung mengangkat dan
melemparnya dengan kekuatan yang sangat besar. Raja Nicholas terlempar sangat
jauh melewati atmospher bulan. Tubuhnya mengambang karena tidak ada gaya
gravitasi.
Keadaan Marcella sudah sangat
memprihatinkan. Penyihir jahat yang memberikannya kekuatan sihir merasa sangat
marah karena gadis itu tidak berhasil memberikannya mutiara yang begitu
dinginkannya. Si penyihirpun mengutuk Marcella sehingga dia tidak akan pernah
bisa kembali ke wujudnya semula. Tubuhnya yang awalnya sangat tinggi perlahan
berubah mengecil dan memendek. Dayang-dayang yang menaruh dendam padanya selalu
mengganggunya dengan berkata, “Hey permaisuri culas, ke mana kecantikanmu yang
begitu kau banggakan? Ke mana suamimu yang kau cintai? Hahaha...” mereka
tertawa dengan sangat puas.
Hal ini berlangsung berhari-hari
sampai suatu ketika saat seorang dayang menyentuhnya untuk menggoda dan
menghinanya, Marcella mengatupkan daun-daunnya. Dia merasa sangat malu, hingga
orang-orang sampai sekarang menyebutnya putri malu.
Walaupun Marcella sudah berubah
menjadi tumbuhan, kekuatan sihirnya tidak hilang semua. Dengan sedikit sihir
yang tersisa dia mengutuk Raja Nicholas agar jatuh di sampingnya. Demikianlah
sang raja yang melayang-melayang di udara jatuh tepat di samping istrinya.
Tubuhnya mengecil dan mulai ditumbuhi bulu-bulu. Setiap malam dia selalu
menatap bulan sambil berbunyi dengan sayu. Orang-orang yang melihatnya
menyebutnya burung pungguk yang merindukan bulan.
No comments:
Post a Comment