Friday, March 6, 2020

Putri Malu dan Pungguk yang Merindukan Bulan




Zaman dahulu kala di sebuah kerajaan besar, hiduplah seorang gadis buruk rupa bersama orang tuanya yang sangat miskin. Selain buruk rupa, gadis itu juga memeiliki sifat dan sikap yang buruk; dia tidak pernah mau membantu orang tuanya, bahkan dia menyalahkan mereka karena melahirkannya sebagai seseorang yang tidak cantik. Nama gadis itu adalah Marcella, tapi karena wajah dan prilakunya yang jelek, dia sering dipanggil Malbela.
image courtesy of Hariadhi at Wikipedia



Suatu hari seorang utusan dari kerajaan datang membawa surat undangan pesta. Pangeran Nicholas Borghese, sang putra mahkota mengadakan pesta selama satu bulan penuh untuk mencari permaisuri. Marcella begitu tertarik untuk mengikuti undangan itu, tapi dengan wajahnya yang begitu buruk dia tidak mungkin bisa datang ke pesta. Diapun memutuskan untuk menemui penyihir sakti yang tinggal di puncak gunung.

Walaupun perjalanan menuju rumah penyihir itu sangat susah dan penuh dengan rintangan, Marcella tidak mengurungkan niatnya. Dia terus berjalan tanpa mengenal lelah karena keinginannya yang begitu besar untuk menikahi pangeran Nicholas yang sangat terkenal dengan ketampanannya. Akhirnya setelah satu minggu mendaki, Marcella tiba di tempat penyihir itu berada. Dia langsung mengutarakan maksud kedatangannya.

Penyihir itu tertawa mengikik, memperlihatkan gigi-gigi hitamnya yang runcing, “Hihihi, tentu saja aku bisa mengabulkan permintaanmu, tapi ada syaratnya.”

“Apa syaratnya? Aku akan melakukan apapun supaya aku bisa menjadi cantik.”

 “Pertama, kau harus mengorbankan kedua orang tuamu sebagain tumbal.”

 “Aku setuju.” Jawab Marcella tanpa berpikir panjang.

Si penyihir menyeringai dengan licik, “Kedua, kau harus mengambilkan aku mutiara di atas awan yang hanya bisa diambil oleh kaum berdarah biru. Apa kau sanggup?”

 “Aku akan melakukannya.”

Penyihir itu tertawa puas, “Sekarang pulanglah ke rumahmu dan bunuh kedua orang tuamu dengan belati ini. Begitu kau melakukannya, kau akan menjadi penyihir sepertiku, kau akan memeiliki kekuatan yang hampir setara denganku, tapi ingat satu hal, kau harus mebawakanku mutiara di atas awan itu dalam waktu dua bulan, mengerti?”

 “Aku mengerti.” Kata Marcella lalu dia bergegas pulang. Perjalanan yang sebelumnya menempuh waktu satu minggu kini dia lakukan hanya dalam lima hari. Dia begitu senang karena keinginannya akan segera terwujud.

Begitu sampai di rumah, dia langsung menikam kedua orang tuanya dengan belati yang diberikan si penyihir sampai mereka meninggal. Setelah itu dia merasakan ada suatu kekuatan besar yang masuk ke tubuhnya. Tubuhnya bergetar menahan gejolak kekuatan dasyat itu. Dia berteriak-teriak kesetanan selama beberapa menit sampai akhirnya dia pingsan.

Saat Marcella membuka matanya, dia langsung berlari menuju cermin dan dia sangat bahagia ketika melihat pantulan wajahnya.

Sementara itu di aula kerajaan, ratusan wanita telah berkumpul memenuhi undangan pesta dansa pangeran Nicholas. Mereka semua terlihat cantik dengan balutan busana yang anggun, tapi tak ada satupun dari mereka yang mampu menarik hati pangeran Nicholas. Pangeran berwajah tampan itu berdiri termenung di dekat pintu masuk, seolah menunggu kedatangan seseorang. Wajahnya terlihat sedikit sayu karena pesta sudah berlangsung selama 11 hari namun gadis impiannya belum juga datang.

Pandangan wajah pangeran lurus ke depan dan matanya tak berkedip begitu melihat seorang gadis jelita turun dari kereta kencana. Paras gadis itu begitu memesona, kulitnya putih bersih, matanya berwarna biru bening, hidungnya mancung, bibirnya tipis berwarna merah merona, rambutnya yang hitam bergelombang tergerai sampai pinggang dengan indahnya. Dia memakai gaun berwarna putih dan hiasan kepala berbentuk mawar dengan warna sama. Gadis itu berjalan mendekat dan seketika jantung pangeran berdetak lebih cepat. Dunia di sekitar seaakan menghilang, hanya ada Pangeran Nicholas dan si bidadari jelita, Marcella.

Ketika Marcella melintasi pengeran, pengeran langsung mengulurkan tangan kanannya, “Wahai putri jelita, maukah kau berdansa denganku?”

Marcella tersenyum lalu menyambut uluran tangan pangeran Nicholas. Mereka berduapun berdansa di halaman depan di bawah cahaya rembulan yang lembut. Mereka berdansa dengan gerakan memukau diiringi musik alam.

Karena sang pangeran telah menemukan putri impiannya, pesta dansapun dihentikan dan diganti dengan pesat pernikahan yang berlangsug dengan sangat meriah selama tujuh hari tujuh malam.

Sesuai tradisi kerajaan, apabila pangeran sudah menikah, maka dia berhak dinobatkan menjadi raja. Pangeran Nicholaspun mnggantikan kedudukan ayahandanya sebagai pemimpin kerajaan didampingi permaisurinya yang cantik. Mereka memerintah dengan sewenang-wenang. Keadilan sama sekali tidak ada di kamus mereka. Rakyat diharuskan membayar upeti yang sangat tinggi, mereka yang tidak mau membayar akan dihukum cambuk dan bahkan dihukum pancung. Raja terdahulu tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah memutuskan untuk bertapa dan lepas dari semua ikatan duniawi.

Semakin hari keadaan kerjaan semakin kacau. Hampir semua orang membenci pasangan muda itu, khususnya Marcella, karena dialah penyebab perubahan prilaku Raja Nicholas. Sebelumnya, dia merupakan orang yang sangat baik, tapi setelah menikah dengan Marcella, dia berubah seratus delapan puluh derajat. Marcella selalu menghasut suaminya, dia juga sering berprilaku kasar kepada dayang-dayangnya. Tidak heran kalau semua dayang menaruh dendam padanya.

Kesewenang-wenangan mereka berlangsung selama hampir dua bulan hingga suatu ketika mereka berjalan-jalan di taman. Raja Nicholas melihat ke atas dan berkata kepada permaisurinya, “Adinda, lihatlah awan di atas kita, bergumpal-gumpal dengan indahnya. Alangkah senang hatiku kalau aku bisa pergi ke atas awan.”

Mendengar kata awan, Marcella langsung ingat akan janjinya kepada penyihir, “Kanda, sebegitu besarkah keinginan Kanda untuk pergi ke atas awan? Dinda bisa menujudkannya, tapi dengan satu syarat.”

Wajah raja Nicholas berseri bahagia, “Apakah syaratnya Adinda?”

“Kanda harus mengambil mutiara di atas awan dan memberikannya kepada dinda.”

 “Akan kanda bawakan asalkan kanda bisa pergi ke sana.”

Marcella tersenyum lalu dia menutup matanya sambil merapalkan sebuah mantra. Beberapa saat kemudian tubuhnya berubah menjadi sebuah tumbuhan berduri yang sangat besar dan tinggi. Ujungnya terlihat menembus awan, “Kanda, panjatlah duri-duriku sampai Kanda tiba di atas awan, dan jangan lupa untuk membawa mutiaranya.”

Walaupun Raja Nicholas sangat terkejut dengan perubahan wujud istrinya, dia menyembunyikan keterkejutannya dan dengan segera memanjat duri-duri besar tumbuhan itu. Dia terus memanjat dan dalam waktu beberapa jam dia sudah sampai di atas awan. Dia sangat terpesona melihat keadaan di atas awan yang begitu indah. Ada beberapa kastil menjulang tinggi yang jauh lebih besar dari kastil-kastil di kerajaannya. Raja Nicholas memasuki salah satu kastil tersebut dan dia disambut oleh tujuh bidadari cantik yang jauh lebih cantik dari permaisurinya. Mereka semua bersenang-senang sambil menikmati santapan lezat yang tidak ada di bumi.

Begitu selesai makan, raja Nicholaspun menanyakan para bidadari tentang mutiara  di atas awan. Angelica, bidadari paling tua tampak sedikit terkejut mendengar pertanyaan sang raja, namun dengan tersenyum dia menjawab, “Mutiara itu merupakan benda pusaka kerajaan atas awan, namun karena perjuangan baginda begitu gigih untuk bisa sampai di sini, maka kami akan memberikannya. Mutiara itu bisa mewujudkan satu permintaan, permintaan apapun itu.”

Mata Raja Nicholas berbinar-binar mendengar penjelasan bidadari itu. Terlebih saat mutiara berukuran tiga kali lipat ukuran mutiara normal yang ajaib tersebut sudah ada dalam genggamannya. Dia mengucapkan terimakasih kepada bidadari lalu berjalan ke arah ujung tumbuhan jelmaan istrinya.

Hari sudah malam ketika Raja Nicholas sampai di sana. Saat dia bersiap memanjat turun, tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya, “Mutiara ini bisa mewujudkan satu permintaan, kenapa aku harus memberikannya  kepada istriku? Sebaiknya aku sendiri yang menggunakan mutiara ini.” Katanya sambil tersenyum licik. Diapun melihat ke atas dan dia sangat terpesona akan kecantikan bulan.

 “Kalau ada istana di atas awan, tentunya ada istana di bulan.” Dia memejamkan mata dan meremas mutiara besarnya sambil mengucapkan permohonan, “Aku ingin bisa pergi ke bulan.”
Begitu sang raja membuka matanya, dia dihadapkan pada sebuah pemandangan yang begitu indah. Ternyata benar dugaannya, ada sebuah kerajaan di bulan. Kerajaan itu begitu luas, terletak di lembah perbukitan hijau yang sangat subur. Bangunan-bangunan yang ada di sana tampak kokoh dan indah.

Raja berjalan ke pusat kerajaan sambil melihat sekeliling. Dia memuji keindahan setiap bangunan yang dilewatinya. Setelah berjalan beberapa jam diapun sampai di pusat pemerintahan. Di sana dia bertemu seorang putri yang cantik jelita. Dia tidak pernah melihat gadis secantik itu sebelumnya, bahkan kecantikan bidadari-bidadari kerajaan atas awanpun tidak mampu menandinginya. Gadis itu adalah Putri Kuukausi.

Berbanding terbalik dengan keadaan Raja Nicholas, Marcella begitu menderita di bumi. Dia tidak bisa kembali menjadi wujudnya semula sampai suaminya kembali. Sedangkan batas waktu untuk memberikan mutiara itu kepada si penyihir sudah semakin dekat. Marcella sangat merana; dia terus mengutuk suaminya yang begitu lama pergi.

Sementara itu ratusan ribu mil di atas permukaan bumi, Raja Nicholas berusaha sekuat tenaga untuk menarik perhatian Putri Kuukausi, namun putri itu sama sekali tidak menanggapinya karena dia telah bertunangan dengan seorang raja. Akan tetapi Raja Nicholas tidak putus asa. Dia mengejar-nejar sang putri dan memaksanya untuk menerima cintanya.

Raja Bulan sangat murka begitu mengetauhi ada makhluk bumi yang mengejar-ngejar calon istrinya. Dengan segera dia menemui Raja Nicholas dan tanpa basa-basi lagi dia langsung mengangkat dan melemparnya dengan kekuatan yang sangat besar. Raja Nicholas terlempar sangat jauh melewati atmospher bulan. Tubuhnya mengambang karena tidak ada gaya gravitasi.

Keadaan Marcella sudah sangat memprihatinkan. Penyihir jahat yang memberikannya kekuatan sihir merasa sangat marah karena gadis itu tidak berhasil memberikannya mutiara yang begitu dinginkannya. Si penyihirpun mengutuk Marcella sehingga dia tidak akan pernah bisa kembali ke wujudnya semula. Tubuhnya yang awalnya sangat tinggi perlahan berubah mengecil dan memendek. Dayang-dayang yang menaruh dendam padanya selalu mengganggunya dengan berkata, “Hey permaisuri culas, ke mana kecantikanmu yang begitu kau banggakan? Ke mana suamimu yang kau cintai? Hahaha...” mereka tertawa dengan sangat puas.

Hal ini berlangsung berhari-hari sampai suatu ketika saat seorang dayang menyentuhnya untuk menggoda dan menghinanya, Marcella mengatupkan daun-daunnya. Dia merasa sangat malu, hingga orang-orang sampai sekarang menyebutnya putri malu.

Walaupun Marcella sudah berubah menjadi tumbuhan, kekuatan sihirnya tidak hilang semua. Dengan sedikit sihir yang tersisa dia mengutuk Raja Nicholas agar jatuh di sampingnya. Demikianlah sang raja yang melayang-melayang di udara jatuh tepat di samping istrinya. Tubuhnya mengecil dan mulai ditumbuhi bulu-bulu. Setiap malam dia selalu menatap bulan sambil berbunyi dengan sayu. Orang-orang yang melihatnya menyebutnya burung pungguk yang merindukan bulan.


No comments:

Post a Comment