Akhirnya hari ini tiba juga, telah lama kunanti hari yang akan menjadi selembar cerita dalam buku sejarah hidupku, “Nanti aku jemput jam 7, dandan yang cantik ya.” kata-kata itu terngiang lagi di telingaku, entah untuk yang keberapa ratus kalinya.
“Dika, aku nggak sabar pengen jalan bareng ma kamu.” kataku sambil menyemprotkan parfum ke sekujur tubuhku, aku ingin
tampil sempurna di date pertamaku
ini.
Berulang kali aku bolak-balik dari kamar ke ruang
tamu, pandangan matakupun terbagi dua, cermin dan jam. Kenapa rasanya waktu
berjalan dengan sangat lambat ya? Apa jam dinding tua buatan Belanda ini sudah
rusak?
Ting tong…..
Terdengar suara bel, aku segera bangun dari kursi,
“Dika…” ucapku perlahan sambil berlari menuju pintu yang dengan segera kubuka
dengan seulas senyum di bibirku, tapi begitu pintu terbuka, senyum manisku
berubah menjadi gurat-gurat kekecewaan, “Mama?!”
Mama masuk ke dalam, “Kenapa kaget gitu lihat Mama?”
Aku berjalan perlahan mengikuti mamaku.
“Nadine,” kata Mama lagi, kali ini sedikit lebih
keras, “Kamu tidak suka ya melihat Mama sudah pulang?”
Aku diam tak menjawab, dateku bisa berantakan kalau ada mama. Selama ini mama tidak
pernah mengizinkanku pacaran. Mama selalu bilang kalau aku masih kecil, padahal
umurku sudah 17 tahun!
“Nadine…”
“Ng… iya Ma.”
“Kamu tidak suka lihat Mama sudah pulang?”
“Nggak kok Ma, Nadine cuma heran aja, kok tumben jam
segini Mama udah pulang?!”
“Iya, kebetulan kerjaan di kantor tidak begitu banyak,
jadi bisa pulang lebih awal. Oh ya, Mama perhatiin, malam ini kamu kelihatah
sangat cantik, mau ke mana?”
Deg!!! Jantungku seakan mau copot mendengar pertanyaan
mama.
Jangan-jangan Mama tahu kalau aku mau ngedate,
makanya mama pulang cepat hari ini. Aduh, gawat!
“Ternyata anak Mama sudah besar ya, bahkan semakin
cantik.”
“ …..” aku tidak tahu harus menjawab apa..
Tiba-tiba bel di depan rumahku berbunyi lagi, “Ma,
Nadine buka pintu dulu ya.” kataku, lalu berjalan menuju pintu, tapi mama menarik
tanganku.
“Biar Mama aja yang buka.”
Gawat, ini benar-benar gawat! Itu pasti
Dika. Entah apa yang akan mama lakukan kalau tahu aku sudah punya pacar.
Tanpa kusadari mama sudah berada di depanku bersama seorang cowok
manis yang kehadirannya sudah kutunggu dari tadi, “Pacar kamu sudah datang nih.”
Kata Mama.
Aku menunduk, tak berani memperlihatkan wajahku yang
merah kepada Dika.
“Maafkan mama, Sayang.”
Aku menatap mamaku, “Maaf? Mama kan nggak salah?”
Mama memperlihatkan sebuah buku bersampul merah muda
kepadaku, “Diaryku!!” teriakku,
mungkin orang yang ada pada radius 1000m dari rumah, bisa mendengar teriakanku
itu.
Diaryku, hidupku, rahasia terbesarku. Aku
menulis semua yang kualami dan kurasakan di sana; tentang mama yang tak pernah perhatian
padaku, yang tak pernah punya sedetikpun waktu untukku, yang tak pernah
mengizinkanku pacaran, dan juga tentang rencana ngedate ku malam ini.
“Terus terang mama sangat sedih saat membaca semua ini, bahkan mama sampai
menangis. Mama adalah seorang single
parent, seharusnya mama bisa menjadi ibu sekaligus ayah yang
baik untukmu, tapi mama malah
sibuk mengurus kerjaan, mama lupa akan tanggung jawab mama sebagai orang tua kamu. Maafkan mama,
Sayang.”
Aku memeluk mama, beberapa tetes air mata mengalir di pipiku, lalu mama membelai
rambutku dengan penuh kasih sayang, “Mama janji, mulai sekarang mama akan
selalu perhatian sama Nadine, akan meluangkan waktu untuk Nadine, akan mengizinkan
Nadine pacaran, dan…” mama melirik Dika yang berdiri di sampingnya, “Dan mama akan mengijinkanmu pergi malam
ini bersama Dika.”
Aku bagai mimpi mendengar ucapan mama, “Makasih ya, Ma.”
“Sama-sama, Sayang.”
Seketika aku teringat pada Dika, setelah mengusap air
mataku, aku berkata padanya, “Sorry ya Dik, tadi aku lupa kalau ada kamu. Oh
ya, kamu mau minum apa?”
“Nggak usah Nad, udah jam 7 lebih nich, kita berangkat
sekarang yuk!”
“Ma, Nadine berangkat sekarang ya.”
“Tunggu Nad,” mama mendekatiku lalu mencium keningku, hal yang sudah
10 tahun tidak pernah mama lakukan. Sejak kecelakaan tragis yang merenggut nyawa papaku, mama berubah,
aku bukan hanya kehilangan papa, tapi aku juga kehilangan kasih sayang mama. Namun
kini aku sudah mendapatkannya lagi, “Hati-hati ya, Sayang. Dika, jaga Nadine
baik-baik ya.”
“Iya Tante, kami berangkat dulu, permisi…”
“Iya.” Jawab mama sambil tersenyum, senyum yang sudah sangat kurindukan.
Thank you, God, today I
feel really happy, and this is all because of my diary....
No comments:
Post a Comment